-->

Makalah: Dasar Ontologi Ilmu Pengetahuan


BAB 1

PENDAHULUAN



A.  LATAR BELAKANG MASALAH

Filsafat merupakan spirit dan kreatif berfikir manusia dalam kehidupannya.Sebagai induk ilmu pengetahuan tentunya filsafat memiliki cakupan wilayah kerja dimana didalamnya terdapat karakteristik berfikir dalam menggali suatu objek, yaitu sifat menyeluruh,mendasar,dan spekulatif.8

Dalam hal pemetaan cabang-cabang filsafat meliputi cabang ontologi, epistimologi dan aksionologi.Tiga cakupan inilah yang dijadikan acuan mendasar dalam pengkajian berfilsafat.

Cabang ontologi, pada dasarnya terkait dengan persoalan objek apa yang ditelaah ? bagaimana wujud hakiki objek tersebut ? bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan ?. Sedangkan cabang epistemologi, terkait dengan upaya menjawab bagaimana proses yang menimbulkan pengetahuan ? bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar?. Untuk cabang aksiologi terkait dengan persoalan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan? Dan biasanya ini bersifat penilaian terhadap objek yang dikaji.

Namun disini akan lebih memfokuskan pada cabang ontologi.karena cabang ini merupakan landasan awal dalam menelaah, mengkaji dan berfikir dalam mencapai kebenaran. Selain itu, ontologi mengantarkan kita pada cabang epistemologi dan aksilogi. Oleh karenanya, atas motivasi ini kiranya tim penyusun makalah akan lebih memfokuskan pada pembahasan ontologi demi terjalinnya atas urutan dalam berfilsafat. Sehingga tidak terkesan timbulnya kebingungan dan kejenuhan dalam memahami ilmu filsafat khususnya untuk pengantar berfilsafat.






Jujun S. Suriasumantri, Filsafat ilmu; Sebuah Pengantar Populer,(Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 1998),cet. 1, hlm.20


1




RUMUSAN MASALAH 1.Apa definisi ontologi?

2.Apa sajaSudut Pandang dan Aliran-aliran Ontologi dalam Filsafat Ilmu?

Manfaat Mempelajari Ontologi Filsafat?



A.  TUJUAN PEMBAHASAN

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu di Institut Perguruan Tinggi Ilmu AL-Quran. Disamping itu, untuk memberikan sekaligus membantu para pembaca untuk lebih mempermudah dalam memahami pemahaman singkat mengenai landasan cabang penelaahan ontologi sebagai suatu disiplin ilmu yang penting untuk berfilsafat.



BAB II

PEMBAHASAN



A.  DEFINISI ONTOLOGI

Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab “ apa “ yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan ilmu mengenai benda. 9 untuk lebih jelasnya akan kami uraikan aliran pemikiran dalam ontologi ini.

Kata ontologi berasal dari perkataan yunani: On = being, dan Logos = Logic.Jadi Ontologi adalah The theory of being qua being (teori tentnag keberadaan sebagai keberadaan).10 Noeng muhadjir dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan, ontologi membahas yang ada, yang tidak terikat dalam satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, ontologi berusaha mencari inti Yang termuat dalam setiap kenyataan, atau menjelaskan yang ada yang meliputi semua


9Romdon, Ajaran Ontologi Aliran Kebatinan, (Jakarta: Rajawali Pers, ed. 1, cet. 1, 1996), hlm.X.
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm. 132.


2




realitas dalam semua bentuk. Selain itu, ontologi adalah teori hakikat mempertanyakan tentang eksistensi.

Dari pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa:

Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa yunani yaitu, On/Ontos = Ada, dan Logos= Ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.

Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.

Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. Untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisi. Selain itu, ontologi merupakan salah satu di antara lapangan kajian kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran barat sudah menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontologi. Filosof barat yang terkenal diantaranya ialah orang-orang yunani seperti Thales (625-545 SM.), Anaximandros (610-545 SM.), Anaximenes (585-528 SM.), Dan Demokritus (460-360 SM.), Plato (428-348 SM.).

Istilah-istilah penting yang terkait dengan ontologi adalah: yang ada (being) kenyataan atau realitas (reality) eksistensi (existence) esensi (essence) substansi (substance) tunggal (singular) dan jamak (plural). Dan tentunya ontologi ini sangat penting untuk dipelajari bagi orang yang memahami dunia ini secara menyeluruh dan bermanfaat bagi studi ilmu-ilmu empiris seperti antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, dan sebagainya.



B. Sudut Pandang dan Aliran-aliran Ontologi dalam Filsafat Ilmu

1. Sudut Pandang Ontologi


Ontologi merupakan pembahasan tentang bagaimana cara memandang hakekat sesuatu, apakah dipahami sebagai sesuatu yang tunggal dan bisa dipisah dari sesuatu yang lain atau bernuansa jamak, terikat dengan sesuatu yang lain, sehingga harus dipahami sebagai suatu kebulatan (holistik). Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang filsafat yang mencoba mencari hakikat dari



3




sesuatu. Sebuah ontologi memberikan pengertian untuk penjelasan secara eksplisit dari konsep terhadap representasi pengetahuan pada sebuah knowledge base. Sebuah ontologi juga dapat diartikan sebuah struktur hirarki dari istilah untuk menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasan untuk sebuah knowledge base”. Dengan demikian, ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek, property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu domain pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang sesuatu yang ada. Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:


a. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?


b. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum. Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.

2. Aliran-aliran Ontologi


Dalam mempelajari ontologi muncul beberapa pertanyaan yang kemudian melahirkan aliran-aliran dalam filsafat. Dari masing-masing pertanyaan menimbulkan beberapa sudut pandang mengenai ontologi. Pertanyaan itu berupa “Apakah yang ada itu? (What is being?)”, “Bagaimanakah yang ada itu? (How is being?)”, dan “Dimanakah yang ada itu? (What is being?)”


a. Apakah yang ada itu? (What is being?) Dalam memberikan jawaban masalah ini lahir lima filsafat, yaitu sebagai berikut :

1. Aliran Monoisme


Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa ruhani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan


4




perkembangan yang lainnya. Plato adalah tokoh filsuf yang bisa dikelompokkan dalam aliran ini, karena ia menyatakan bahwa alam ide merupakan kenyataan yang sebenarnya. Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran :

a) Materialisme


Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan ruhani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta.11

Aliran pemikiran ini dipelopori oleh bapak filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Ia berpendapat bahwa unsur asal adalah air, karena pentingnya bagi kehidupan.12 Anaximander (585-528 SM) berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara, dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala kehidupan. Demokritos (460-370 SM) berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat dihitung dan amat halus. Atom-atom itulah yang merupakan asal kejadian alam.

b) Idealisme


Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini menganggap bahwa dibalik realitas fisik pasti ada sesuatu yang tidak tampak. Bagi aliran ini, sejatinya sesuatu justru terletak dibalik yang fisik. Ia berada dalam ide-ide, yang fisik bagi aliran ini dianggap hanya merupakan bayang-bayang, sifatnya sementara, dan selalu menipu. Eksistensi benda fisik akan rusak dan tidak akan pernah membawa orang pada kebenaran sejati.


Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran Plato (428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di dalam mesti ada idenya yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi, idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.


Sunarto, Pemikiran Tentang Kefilsafatan Indonesia, (Yogyakarta: Andi Offset, 1983), hlm. 70

12Ahmad Tafsir, op.cit., hlm. 29


5




2) Aliran Dualisme


Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini.


Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini tercantum dalam bukunya Discours de la Methode (1637) dan Meditations de Prima Philosophia (1641). Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan metodenya yang terkenal dengan Cogito Descartes (metode keraguan Descartes/Cartesian Doubt). Disamping Descartes, ada juga Benedictus de Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm von Leibniz (1646-1716 M).

3) Aliran Pluralisme


Aliran ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata13. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas.


Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M), yang mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, dan lepas dari akal yang mengenal.

4) Aliran Nihilisme


Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah nihilisme



Sunarto, op.cit,. hlm.71.


6




diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev pada tahun 1862 di Rusia.


Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (485-360 SM) yang memberikan tiga proposisi tentang realitas. Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M). Dalam pandangannya dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Mata manusia tidak lagi diarahkan pada suatu dunia di belakang atau di atas dunia di mana ia hidup.

5) Aliran Agnostisisme


Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata agnostisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos, yang berarti unknown. A artinya not, gno artinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.


Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya seperti, Soren Kierkegaar (1813-1855 M) yang terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme, yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu orang lain. Berbeda dengan pendapat Martin Heidegger (1889-1976 M), yang mengatakan bahwa satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karena hanya manusialah yang dapat memahami dirinya sendiri. Tokoh lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M), yang mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan entre (ada), melainkan a entre (akan atau sedang). Jadi, agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda, baik materi maupun ruhani.

b. Bagaimanakah yang ada itu? (How is being?)

Apakah yang ada itu sebagai sesuatu yang tetap, abadi, atau berubah-ubah?


7




Dalam hal ini, Zeno (490-430 SM) menyatakan bahwa sesuatu itu sebenarnya khayalan belaka. Pendapat ini dibantah oleh Bergson dan Russel. Seperti yang dikatakan oleh Whitehead bahwa alam ini dinamis, terus bergerak, dan merupakan struktur peristiwa yang mengalir terus secara kreatif.

c. Di manakah yang ada itu? (Where is being?)


Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu berada dalam alam ide, adi kodrati, universal, tetap abadi, dan abstrak. Sementara aliran materilisme berpendapat sebaliknya, bahwa yang ada itu bersifat fisik, kodrati, individual, berubah-ubah, dan riil.

3. Manfaat Mempelajari Ontologi Filsafat

Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:

a. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada.

b. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi.

c. Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika.



BAB III

PENUTUP

A. Simpulan


Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti teori tentang keberadaan sebagai keberadaan. Pada dasarnya, ontologi membicarakan tentang hakikat dari suatu benda/sesuatu. Hakikat disini berarti kenyataan yang sebenarnya (bukan kenyataan yang sementara, menipu, dan berubah).

Dalam ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, yaitu



8




monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme. Monoisme adalah paham yang menganggap bahwa hakikat asalnya sesuatu itu hanyalah satu. Asal sesuatu itu bisa berupa materi (air, udara) maupun ruhani (spirit, ruh).


Dualisme adalah aliran yang berpendapat bahwa asal benda terdiri dari dua hakikat (hakikat materi dan ruhani, hakikat benda dan ruh, hakikat jasad dan spirit). Pluralisme adalah paham yang mengatakan bahwa segala hal merupakan kenyataan. Nihilisme adalah paham yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif.


Dan agnostisisme adalah paham yang mengingkari terhadap kemampuan manusia dalam mengetahui hakikat benda. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ontologi meliputi hakikat kebenaran dan kenyataan yang sesuai dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari perspektif filsafat tentang apa dan bagaimana yang “ada” itu. Adapun monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologi yang pada akhirnya menentukan pendapat dan kenyakinan kita masing-masing tentang apa dan bagaimana yang “ada” itu.































9




DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar,amsal.filsafat ilmu.rajawali pers.jakarta:2013.

Sanuri.dkk, pengantar filsafat .uin sa press ,surabaya :2013

Suriasumantri,jujun S.,filsafat ilmu sebuah pengantar populer,cet.XII,

jakarta: Sinar Harapan,2000

Atang Abdul Hakim,Filsafat Umun Dari Metodologi Sampai Teofilosofi ,.

jakarta: pustaka setia bandung,2008.












































0 Response to "Makalah: Dasar Ontologi Ilmu Pengetahuan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel